MAKALAH
ANALISIS DAN ESTIMASI BIAYA
PREDERTERMINED OVERHEAD RATE
AND PROCESS COSTING
OLEH :
1. ROBIUL AZIZ (120421100090)
2. M. WISMOYO ARIS M. (120421100093)
3. MAKHMUD (120421100087)
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Penyusun juga panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena hanya dengan kerido’an-NYA Makalah dengan judul “Predertermined Overhead Rate And Process Costing” ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.
Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan.
Bangkalan,1 Juni 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 Latar Balakang................................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II PENBAHASAN............................................................................................. 3
2.1 Predertermined Overhead Rate......................................................................... 3
2.2 proses costing weighted average method........................................................... 4
BAB III PENUTUP................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Siklus akuntansi dalam perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus usaha perusahaan tersebut. Siklus kegiatan perusahaan dimulai pembelian komponen barang dan tanpa melalui pengolahan lebih lanjut dan diakhiri penjualan kembali barang tersebut.dalam proses tersebut siklus akuntasi biaya dimulai dari pencatatan harga pokok bahan baku dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead perusahaan yang dikonsumsi untuk produksi serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang.
Kalkulasi biaya normal (normal costing system) mengharuskan perusahaan untuk mebebankan biaya aktual bahan langsung dan tenaga kerja langsung kepada unit yang diproduksi, namun untuk overhead dibebankan berdasarkan estimasi yang ditentukan terlebih dahulu. Kesulitan utama dari metode ini adalah perbedaan antara tarif aktual dengan tarif yang telah ditentukan.
Kalkulasi biaya produk tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk. Pembebanan biaya utama keproduk tidak memiliki kesulitan, karena dapat menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran penggerak yang sangat akurat. Tetapi sebaliknya, biaya overhead memiliki masalah dalam pembebanan biaya ke produk, karena hubungan antara masukan dan keluaran tidak dapat diobservasi secara fisik.
Dalam Perhitungan biaya produksi dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode tersebut antara lain dengan metode full costing dan metode variable costing. Dalam proses costing dapat dilakukan dengan cara Weighted Average cost Method (metode harga pokok rata-rata tertimbang).
Dalam Weight Average cost Method (WAM), harga pokok persediaan produk dalam proses awal di tambahkan kepada biaya produksi sekarang, dam jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang.
Dalam metode kalkulasi biaya persediaan menurut sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan barang dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Dalam pembuatan asumsi arus biaya pada perusahaan dapat menggunakan beberapa metode, salah satunya dengan menggunakan metode first-in, first-out.
Metode first-in, first-out (FIFO) adalah metode dimana proses penjualan barang disesuaikan dengan urutan pembeliannya. Hal ini dilakukan terutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan yang modelnya cepat berubah. Metode FIFO memberikan hasil-hasil yang sama dengan yang diperoleh dengan melalui pengidentifikasian biaya khusus setiap item yang dijual dan ada dalam persediaan.
Dengan uraian tersebut, proses costing weighted average method digunakan untuk menentukan harga produk jadi dengan cara mengalirkan jumlah kuantitasnya dan metode first-in, first-out digunakan untuk menentukan proses penjualan barang sesuai dengan urutan pembeliannya.
1.2. Tujuan
Tujuan dalam predertermined overhead rate and process costing adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang Predermined over head rate and proses costing.
2. Mengetahui tentang proses costing weighted average method.
3. Mengetahui tentang metode first-in first-out.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Predertermined Overhead Rate
Tarif overhead yang ditentukan lebih dahulu (predetermined overhead rate) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :
Sebagai contoh pembahasan dilakukan pada tarif pabrik menyeluruh dimana pembebanan overhead ke produk secara tradisional adalah sebagai berikut,
PT Rbz memproduksi 2 jenis telepon yaitu tanpa kabel dan model reguler. Data estimasi dan data aktual adalah sebagai berikut:
Overhead yang dianggarkan $ 360.000
Aktivitas yang diharapkan (jam tenaga kerja langsung) 100.000
Aktivitas aktual (jam TT langsung) 100.000
Overhead aktual $ 380.000
Jika tarif ditentukan langsung berdasarkan jam tenaga kerja langsung, maka tarif overhead yang ditentukan terlebih dahulu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Maka untuk mencari overhead yang dibebankan digunakan rumus berikut ini.
Overhead yang dibebankan = tarif overhead x output aktual
= $3,60 x 100.000
= $360.000
Perbedaan antara overhead aktual dengan yang dibebankan disebut varian. PT Rbz terlalu rendah membebankan overhead sebesar $20.000, hal ini disebut underapplied, jika terlalu tinggi disebut overapplied. Jika terjadi underapplied, maka pada akhir tahun akan menambah harga pokok penjualan dan sebaliknya.
Biaya/unit dapat dilihat pada tabel 2.1 (Mulyadi, 2003)
Tabel 2.1 Biaya/unit PT Rbz
2.2. proses costing weighted average method.
Proses costing weighted average method ialah metode dengan harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan kepada biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok rata-rata tertimbang ini kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke departement berikutnya atau ke gudang dengan cara mengalirkannya dengan jumlah kuantitasnya.
Untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan weighted average method dan metode masuk pertama, keluar pertama disajikan dalam contoh kasus berikut ini.
Contoh soal 1
PT Obby Roe memproduksi produknya melalui dua departement produksi. Departement 1 dan Departement 2. Data produksi dan biaya produksi bulan Mei 2012 di kedua departement produksi tersebut disajikan dalam gambar 2.1
Gambar 2.1 data produksi dari biaya produksi bulan Mei 2012 (Mulyadi, 2002)
Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang Departemen Pertama.
Dalam departemen produksi pertama, biaya yang harus diperhitungkan dalam penentuan harga pokok produk adalah biaya yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal dan biaya produksi yang dikeluarkan dalam produksi sekarang. Biaya yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal merupakan biaya yang berasal dari periode sebelumnya. Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang ini, biaya yang berasal periode sebelumnya ditambah dengan biaya periode sekarang, kemudian dihitung rata-ratanya dengan cara membagi jumlah tersebut dengan unit ekuivalensi unsur biaya yang bersangkutan. Harga pokok rata-rata per unit ini juga digunakan untuk menghitung harga pokok persediaan produk dalam proses pada akir periode.
Rumus perhitungan harga pokok rata-rata tertimbang tampak dalam Gambar 2.2.
Biaya bahan baku yang melekat Biaya bahan baku yang di
1. Biaya bahan pada produk dalam proses awal + keluarkan dalam periode sekarang
baku per unit =
Unit ekuivalensi biaya bahan baku
.............................................................................................................................................
Biaya tenaga kerja yang melekat Biaya tenaga kerja yang dike-
2. Biaya tenaga pada produk dalam proses awal + luarkan dalam periode sekarang
kerja per unit =
Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja
.............................................................................................................................................
Biaya overhead Pabrik yang melekat Biaya overhead Pabrik yang dike-
3. Biaya overhead pada produk dalam proses awal + luarkan dalam periode sekarang
pabrik per unit =
Unit ekuivalensi biaya overbead pabrik
.............................................................................................................................................
Gambar 2.2 Rumus Perhitungan Harga Pokok Per-Unit Produk Departemen Pertama Dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang.
Atas dasar data dalam gambar 2.1 contoh 1 dan rumus perhitungan harga pokok produksi per unit dalam Gambar 2.2, dalam gambar 2.3 dihitung biaya produksi persatuan pabrik yang dihasilkan oleh Departemen 1 dalam bulan Mei 2012. (Warren, 2004)
Gambar 2.3 biaya produksi per satuan pabrik yang dihasilkan oleh Departemen 1 dalam bulan Mei 2012
Contoh Soal 2
Sebagai ilustrasi, asumsi bahwa Computer King membuka sebuah outlet penjualan PC dan perangkat. Selama tahun 2001, Computer king membeli barang dagang senilai $340.000. Jika persediaan pada tanggal 31 Desember 2001, yaitu akhir tahun, adalah $59.700, maka harga pokok penjualan selama tahun 2001 akan dilaporkan sebagai berikut:
Harga pokok penjualan
Pembelian …………………………………………………$340.000
Dikurangi persediaan barang dagang,
31 Desember 2001 ………………………………………59.700
Harga pokok penjualan …………………………………….. $280.300
Asumsi bahwa selama tahun 2002 Computer King membeli barang dagang tambahan seharga $521.980. Perusahaan menerima kredit untuk retur dan potongan pembelian sebesar $9.100, menerima diskon pembelian sebesar $2.525, dan membayar biaya transportasi $17.400. Retur dan potongan pembelian serta diskon pembelian dikurangi dari total pembelian untuk mendapatkan pembelian bersih. Biaya transportasi ditambahkan ke pembelian bersih sehingga harga pokok pembelian (cost of merchandise purchase). Jumlah ini akan dilaporkan dalam seksi harga pokok penjualan pada laporan laba-rugi. Computer King untuk tahun 2002 sebagai berikut:
Pembelian ……………………………………………………… $521.980
Dikurangi: Retur dan potongan
Pembelian ……………………………… $9.100
Diskon pembelian ……………………… 2.525 11.625
Pembelian bersih …………………………………………………… 510.355
Ditambah baiaya transportasi ……………………………………… 17.400
Harga pokok pembelian …………………………………………………. $527.755
Persediaan akhir Computer King pada tanggal 31 Desember 2001, $59.700, menjadi persediaan awal untuk tahun 2002. Dalam seksi harga pokok penjualan pada laporan laba-rugi tahun 2002, Persediaan awal ini ditambahkan ke harga pokok pembelian untuk menghasilkan barang dagang yang tersedia untuk dijual (merchandise available for sale). Persedian akhir, yang diasumsikan sebesar $62.150, kemudian dikurangkan dari barang dagang yang tersedia untuk dijual sehingga penjualan selama tahun 2002 akan dilaporkan sebagai berikut:
Harga pokok penjualan:
Persediaan barang dagang,
1 Januari 2002 ……………………………………………… $ 59.700
Pembelian ………………………………………$521.980
Dikurangi: Retur dan potongan
Pembelian ………………………………$9.100
Diskon pembelian ……………………… 2.525 11.625
Pembelian bersih …………………………………………… $510.355
Ditambah: Biaya trasportasi ………………………………… 17.400
Harga pokok pembelian ……………………………………….. 527.755
Barang dagang yang tersedia untuk dijual ………………. $587.455
Dikurangi: Persediaan barang
dagang, 31 Desember 2002 …………………………………… 62.250
Harga pokok penjualan …………………………………………. $525.305
Sama seperti sistem persediaan perpetual, asumsi arus biaya harus dibuat pada saat unit-unit yang identik dibeli dengan harga yang berbeda sepanjang suatu periode. Dalam hal iini digunakan metode FIFO, atau biaya rata-rata.
Metode First-In, First-Out (FIFO)
Untuk mengilustrasikan pemakaian metode FIFO dalam sistem persediaan periodik, asumsikanlan data-data berikut:
1 Jan. Persediaan: 200 unit @ $ 9 $ 1.800
10 Mar. Persediaan: 300 unit @ $ 10 3.000
21 Sep. Persediaan: 400 unit @ $ 11 4.400
18 Nov. Persediaan: 100 unit @ $ 12 1.200
Tersedia untuk dijual
selama tahun berjalan 1.000 $10.400
Perhitungan fisik pada tanggal 31 Desember memperlihatkan bahwa 300 unit belum terjual. Dengan menggunakan metode FIFO, harga pokok dari 700 unit yang telah terjual sebagai berikut:
Biaya paling awal,
1 Januari: 200 unit @ $ 9 $ 1.800
Biaya paling awal berikutnya,
10 maret: 300 unit @ $ 10 3.000
Biaya paling awal berikutnya,
21 September: 200 unit @ $ 11 2.200
Harga pokok penjualan: 700 unit $ 7.000
Dengan mengurangi harga pokok penjualan sebesar $7.000 dari $10.400 barang dagang yang tersedia untuk dijual menghasilkan biaya persediaan sebesar $3.400. persediaan sebesar $3.400 terdiri dari harga pokok paling akhir untuk barang dimaksud. Peraga 5 memperlihatkan hubungan harga pokok penjualan selama tahun berjalan dengan persediaan per 31 Desember.
Gambar 2.4 Arus Biaya First-In, First-Out (Warren, 2004 Hal 370-371)
Contoh Soal 3
PT KXT dalam Contoh 2 di Bab 9 melanjutkan operasinya di bulan Februari 20X3. Pada awal bulan tersebut, Departemen Produksi A dan Departemen B, masing-masing mempunyai sediaan awal produk dalam proses sebanyak 5.000 kg. sediaan ini berasal dari produk yang pada akhir bulan Januari 20X3 masih dalam proses. Sediaan awal produk dalam proses ini membawa kos dari bulan sebelumnya, yang dengan weighted average cost method kos tersebut ditambahkan pada biaya aktivitas yang dikeluarkan dalam bulan Februari untuk menghitung rerata kos per unit produk yang dihasilkan dalam bulan tersebut. Data rinci tentang produksi dan biaya result-producing activities bulan Februari 20X3 disajikan pada Gambar 2.5 (Mulyadi, 2003)
Data Operasi
Jumlah sediaan awal produk dlam proses 5.000 kg 5.000 kg
Jumlah produk yang dimasukan dalam proses 45.000 kg
50.000 kg
Jumlah produk selesai yang ditransfer
ke Dep. Produksi B 43.000 kg
Jumlah produk selesai yang diterima dari Dep. Produksi A 43.000 kg
48.000 kg
Jumlah produk jadi yang ditransfer ke gudang 42.000 kg
Jumlah produk yang pada akhir bulan
masih dalam proses 7.000 kg 6.000 kg
Total 50.000 kg 48.000 kg
Tingkat penyelesaian produk yang pada akhir bulan
Masih dalam proses:
Biaya aktivitas persiapan 100%
Biaya aktivitas pemasakan 30%
Biaya aktivitas penyempurnaan 70%
Biaya aktivitas perakitan 40%
Biaya aktivitas pembungkusan 40%
Biaya aktivitas penjualan 25%
Kos sediaan awal produk dalam proses
Biaya aktivitas persiapan Rp8.750.000
Biaya aktivitas pemasakan 4.500.000
Kos dari Departemen Produksi A Rp31.250.000
Biaya aktivitas penyempurnaan 24.000.000
Biaya aktivitas perakitan 18.750.000
Biaya aktivitas pembungkusan Rp6.000.000
Biaya aktivitas penjualan 3.250.000
Biaya Aktivitas Bulan Januari 20X3
Biaya aktivitas persiapan Rp70.950.000
Biaya aktivitas pemasakan 161.964.000
Biaya aktivitas penyempurnaan Rp300.000.000
Biaya aktivitas perakitan 280.000.000
Biaya aktivitas pembungkusan Rp190.000.000
Biaya aktivitas penjualan 220.000.000
Total biaya aktivitas Rp246.164.000 Rp654.000.000 Rp419.250.000
Gambar 2.5 Data produksi dan biaya result-producing Activities bulan januari 20X3
Atas dasar perhitungan rerata biaya aktivitas per unit produk Departemen Produksi, dapat dihitung biaya produksi selesai yang ditransfer oleh Departemen Produksi A ke Departemen Produksi B dan biaya sediaan produk dalam proses di Departemen Produksi A pada akhir bulan januari 20X3
Metode Weighted Average Cost Departemen Produksi Setelah Departemen Produksi Pertama
Kos produksi yang dihasilkan oleh departemen produksi setelah departemen produksi pertama merupakan kos kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan dari kos departemen produksi (atau departemen-departemen produksi) sebelumnya dengan biaya aktivitas yang ditambahkan dalam departemen produksi yang bersangkutaan.
Dalam metode weighted average cost, untuk menghitung kos per unit kumulatif produk yang dihasilkan departemen produksi setelah departemen produksi pertama, perlu dihitung rerata kos per unit produk yang berasal dari departemen sebelumnya dan rerata kos yang ditambahkan dalam departemen produksi setelah departemen produksi pertama yanag bersangkutan. Rumus perhitungan rerata kos per unit berasal dari Departemen Produksi A adalah sebagai berikut:
Jika rumus di atas diterapkan pada data dalam contoh 3 maka rerata kos per unit produk yang berasal dari Departemen Produksi A dihitung sebagai berikut:
(Rp. 31.250.000 + Rp. 227.254.905)/(5.000 kg + 43.000 kg)
Rerata kos per unit produk dari Departemen Produksi A = Rp. 5.385,52
Rumus perhitungan rerata biaya per unit yang ditambahkan oleh result-producing activities (yaitu aktivitas penyepurnaan dan perakitan di Departemen Produksi B dan aktivitas pembungkusan dan aktivitas penjualan di Departemen Pemasaran).
Atas dasar contoh 3, rerata biaya aktivitas per unit produk yang ditambahkan oleh Departemen Produksi B dan Departemen Pemasaran dihitung dalam Gambar 2.6
Gambar 2.6 Rerata biaya aktivitas per unit produk
PT KXT
LAPORAN BIAYA AKTIVITAS DEPARTEMEN PRODUKSI A
BULAN FEBRUARI 20X3
Metode FIFO – Departemen Produksi Pertama
Metode ini mengganggap biaya aktivitas periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang dianggap yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudiam sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan equivalent unit, tingkat penyelesaian persediaan awal produk dalam proses harus diperhitungkan.
Equivalent unit biaya aktivitas persiapan departemen A (dalam contoh 1) dihitung dengan memperhatikan tingkat penyelesaian biaya aktivitas persiapan daam sediaan awal produk dalam proses adalah 100%, maka aktivitas persiapan yang dikeluarkan dalam peiode sekarang sebesar Rp 70.950.000 di Departemen produksi A tidak lagi diserap untuk penyesaian sediaan awal produk dalam proses. Dengan demikian, biaya aktivitas persiapan tersebut hanya digunakan untuk menyelesaikan 38.000 kg (43.000 kg-5.000 kg) produk selesai yang ditransfer ke Departemen produksi B dan unit 7.000 unit produk ynag pada akhir periode masih dalam proses di Departemen A dapat dihutung dalam gambar 2.7.
Atas dasar data kos produk per unit tersebut, dapat dihitung kos produk selesai yang ditransfer ke Departemen B dan produk yang pada akhir bulan Januari 20X3 masih dalam proses di Departemen produksi A disajikan pada gambar 2.10
Kos produk selesai yang ditransfer ke Departemen B:
Kos sediaan proses awal
Biaya aktivitas persiapan Rp 8.750.000
Biaya aktivitas permasakan 4.500.000
Subtotal Rp 13.250.000
Biaya penyelesaian prouk dalan proses awal:
Biaya aktivitas persiapan 0
Biaya aktivitas permasakan
(100% - 20%) x 5.000 kg x Rp 5.249,32 Rp 199.474.761,90
Total kos produk yang ditransfer ke Departemen B Rp 227.414.761,90
Kos produk yang pada akhir bulan masih dalam proses:
Aktivitas persiapan: 7.000kgx100%xRp1.576,67 Rp11.036.666.67
Aktivitas pemasakan: 7.000kgx30%xRp3.672,65 7.712.571,43
18.749.238,10
Jumlah biaya yang dibebankan dalam Departemen A Rp 246.164.000,00
Gambar 2.10 Perhitungan kos produk selesai dan disediakan produk dalam proses departemen Produksi A
Perhitungan diatas dapat disajikan dalam laopran biaya produksi Departemen produksi A pada gambar 2.11
Gambar 2.11 Laporan Biaya Aktivitas departemen Produksi A bulan Januari 20X3 - Metode FIFO (Mulyadi, 2003)
PT KXT
LAPORAN BIAYA AKTIVITAS DAPARTEMEN PRODUKSI A
BULAN FEBRUARI 20X3
Data Operasi
Sediaan awal produk dalam proses (dengan tingkat penyelesaian:
Aktivitas persiapan 100%, aktivitas pemasukan 30%) 5.000 kg
Jumlah produk yang dimasukkan dalam proses 45.000 kg
Jumlah produk yang tersedia untuk diproses 50.000 kg
Jumlah produk selesai yang ditransfer ke Dep. Prod. B 43.000 kg
Jumlah produk dalam proses (dengan tingkatan penyelesaian:
Aktivitas persiapan 100%, aktivitas pemasukan 30%) 7.000 kg
Total produk yang dihasilkan 50.000 kg
Equivalent Biaya
Data Biaya Total Biaya Unit Per kg
Kos sediaan awal
Produk dalam proses
Aktivitas persiapan Rp8.750.000
Aktivitas pemasakan 4.500.000
Biaya aktivitas bulan ini
Aktivitas persiapan 70.950.000 45.000 Rp 1.576,67
Aktivitas pemasakan 161.964.000 44.100 3.672,65
Rp246.164.000 Rp 5.249,
Pertanggungjawaban Biaya
Kos produk selesai yang ditransfer ke Dep. Prod. B
Kos sediaan awal produk dalam proses Rp13.250.000
Biaya penyelesaian sediaan awal produk dalam proses
Aktivitas persiapan 5.000kgx100%-100% @Rp1.576,67 0,00
Aktivitas pemasakan 5.000kgx(100%-80%) @Rp3.672,65 14.690.612,24
Biaya aktivitas yang dibebankan pada produksi sekarang
38.000 kg @ Rp5.249,32 199.474.149,66
Kos produk yang pada akhir bulan 227.414.761,90
Januari 20X3 masih dalam proses
Aktivitas persiapan 7.000kg x 100% @Rp1.576,67 Rp11.036.666,67
Aktivitas pemasakan 7.000kg x 30 % @Rp3.691 7.712.571,43
18.749.328,10
Total biaya Rp246.164.000
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapet disimpulkan bahwa first in first out method adalah metode penentuan kos produk jadi dan produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses dengan menggunakan kos yang melekat pada sediaan awal produk dalam proses sebagai kos yang pertama kali diperhitungkan. Dan weight average method adalah metode penentuan kos produk jadi dan produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses dengan menggunakan retata kos tertimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2002. Akuntansi Biaya Edisi 5. Yogyakarta: UPP YKPN Ikut Mencerdaskan Bangsa
Mulyadi. 2003. Activity-Based Cost System. Yogyakarta: UPP YKPN Ikut Mencerdaskan Bangsa
Warren, dkk. 2004. Prinsip-prinsip akuntansi jilid 1. Jakarta: Erlangga